Menjenguk Orang Sakit


Hari ini tadinya kami berencana bersilaturrahim ke sahabat yang kemarin pindah rumah, tapi karena ditelpon kakak yang mengabari kalo anaknya sedang sakit maka kami mengubah rencana itu menjadi silaturrahim ke rumah kakak di Bekasi. Semoga kedatangan kami bisa menambah semangat untuk kesembuhan kemenakan kami itu.

Naik commuter line
Kami berangkat sekitar jam 10 dari rumah, mampir di toko roti langganan untuk membeli sekedar buah tangan dan berhenti sejenak di pasar untuk membeli buah. Kira-kira jam 10.30 KRL commuter line jurusan Jakartakota berangkat dari stasiun Depok Baru.

KRL adalah alternatif transportasi utama kami setelah motor. Mengingat cuaca mudah berubah dan kurang bersahabat, kami putuskan untuk tidak naik motor seperti biasa. Untungnya meski penuh KRL yang menuju ke Manggarai maupun Bekasi tidak terlalu sesak, istri dan anak-anak masih bisa duduk sedangkan saya seperti biasa berdiri saja.

Harga tiket Depok-Bekasi
Ketika membeli tiket di stasiun Depok Baru, saya menyodorkan uang kertas sepuluh ribuan 2 lembar sambil bilang Bekasi sebagai tujuan kami. Petugas menjawab dengan Manggarai dulu baru beli tiket lagi, untuk tiket langsungan harganya dua belas ribu lima ratus perorang. Karena merasa kemahalan istri bilang Manggarai saja. Eh, saya diberi dua tiket Jakartakota dan kembalian tujuh ribu rupiah. Wah mestinya kurang seribu karena harga tiketnya enam ribu tapi karena agak terburu-buru saya langsung menuju peron tanpa komplain.

Turun di Manggarai saya menuju loket untuk membeli tiket jurusan Bekasi dan ternyata harga tiketnya enam ribu lima ratus rupiah perorang. Hmmm, jadi kalo ditotal harga tiket kami perorang sama dengan dua belas ribu lima ratus sama dengan harga tiket terusan Depok-Bekasi. Sama saja ya 🙂

KRL dan fasilitasnya
Saya mulai naik KRL sejak tahun 1998 waktu pertama kali saya pergi ke Bogor dan Bekasi. Waktu itu saya diajak seorang teman yang tinggal di Bekasi dan kebetulan sedang menjalani pendidikan di Bogor untuk menginap di rumahnya. Jadilah saya naik KRL untuk pertama kalinya, boleh dibilang itulah pengalaman pertama saya naik kereta karena sebelumnya juga belum pernag naik kereta listrik ataupun diesel.

Sejak saat itu saya jadi terbiasa naik KRL karena selain murah, naik kereta cukup cepat tidak terkena macet. Menurut pengamatan saya sebagai pengguna KRL, kondisi saat ini sudah banyak kemajuan dibanding sepuluh tahun lalu. Namun pengembangan KRL dan fasilitasnya ke arah modern mass rapid transportation agaknya masih pada tataran proses. Beberapa sistem yang sudah diinstalasi belum digunakan sehingga cenderung rusak atau usang. Perlu proses sosial yang lebih gencar karena penumpang KRL majemuk dan butuh pembelajaran terhadap penerapan teknologi canggih.

Sopir yang baik dan sopir yang efisien
Sesampainya kami di stasiun Bekasi, kami melanjutkan perjalanan dengan angkot. Yang menarik adalah ketika seorang penumpang yang naik bersama rombongan keluarganya membayar ongkos di tengah perjalanan. Sang sopir meminta tambahan enam ribu untuk jumlah penumpang yang dibayar oleh si penumpang. Yang diminta sopir diberikan dengan kekurangan seribu rupiah, tapi ketika ditanya oleh si penumpang apakah ikhlas dengan pembayaran maka sang sopir tersenyum tanda setuju. Sopir yang baik.

Waktu pulang, menuju atasiun, kami naik angkot yang cukup penuh sehingga saya dan Fida mesti berbagi kursi pintu (kursi di depan pintu angkot, biasanya berupa bangku kayu kecil). Sampai suatu saat angkot berhenti untuk menaikkan penumpang meski anglot sudah penuh. Ketika seorang penumpang bilang kalo angkotnya penuh maka si sopir menanyakan pada saya apakah Fida akan dihitung sebagai satu penumpang. Istri yang spontan memangku Fida bersama Faqih mendorong saya untuk memberikan separuh bangku itu untuk penumpang baru. Bravo, penuhlah angkot kecil itu dengan 14 seat tanpa sisa. Sopir yang efisien.

Silaturrahim sebagai obat
Meski cuma empat jam kami di rumah kakak tapi syukurlah ketika mo pulang kemenakan sedikit lebih segar dari sebelumnya. Kami tidak membawakannya obat, kami cuma ingin mengobati kangennya. Hati yang gembira terbukti mendorong kondisi badan menjadi lebih sehat.

Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah saw. bahwa silaturrahim membuka pintu rejeki dan memanjangkan umur. Semoga silaturrahim menjadi aktifitas tetap kami baik di saat luang maupun di saat sempit.

Penulis: abu4faqih

abu faqih

5 tanggapan untuk “Menjenguk Orang Sakit”

Tinggalkan Balasan ke Dari Depok ke Bekasi, Naik KRL atau Bis? « berhenti sejenak Batalkan balasan