Herbal vs Obat Kimiawi

Empat hari terakhir saya dan anak-anak sakit batuk. Faqih sempat demam disusul saya juga demam. Awalnya kami ingin mengatasinya tanpa obat kimiawi melainkan dengan obat alternatif herbal. Mengurangi konsumsi obat kimiawi maksudnya supaya organ tubuh tetap sehat. Teringat seorang teman yang gagal ginjal karena konsumsi obat tensi tak terkontrol.

Kami menggunakan madu batuk anak sebelum ini, ketika anak-anak batuk pilek. Cuma batuk yang ini tampaknya tidak mempan dengan cuma madu batuk. Karena seharian Faqih demam walau tidak terlalu tinggi, akhirnya kami putuskan untuk memeriksakan ke dokter umum. Dari dokter kami diberikan puyer, obat racikan dari beberapa obat. Khusus untuk Faqih, dokter juga memberikan obat alergi.

Karena sebelumnya kami sudah membeli madu anak jadi kami padukan pengobatan alamiah herbal dan obat kimiawi dari dokter. Sudah jalan tiga hari, batuk Faqih dan Fida sudah berkurang. Saya yang baru mulai demam periksa juga ke dokter klinik di kantor. Mendapatkan antibiotik, obat batuk, pilek, demam dan vitamin. Meski begitu saya akan coba rutin minum herbal: madu dan habbatussauda (jinten hitam).

image

Sekarang recovery dulu dengan paduan obat kimiawi dan herbal, selanjutnya maintenance dengan hanya herbal. Pesan dokter juga menjaga kesehatan dengan mengatur menu/pola makan, istirahat cukup dan olahraga. Sepertinya yang terakhir itu sudah lama sekali tidak saya lakukan.