Resolusi Tahun 2022

Selalu ada masa kita menata kembali kehidupan kita tidak peduli seberapa berantakan atau sukses hidup kita karena setiap manusia pasti menemui masa jenuh. Tidak penting kapan kita melakukannya, beberapa orang menggunakan awal tahun sebagai starting point. Mumpung masih bau awal-awal tahun saya juga mo memanfaatkan momentum ini untuk hidup saya. Mari kita buat resolusi awal tahun.

Beberapa poin yang saya masukkan ke resolusi saya tahun 2022 adalah:

  • Membaca 1 judul buku perbulan
  • Menulis 1 judul tulisan bebas perpekan
  • Belajar 1 tema ketrampilan persemester
  • Menulis 1 paper jurnal pertahun

Nah… saatnya beraksi. Progresnya akan saya tuliskan di sini atau di judul terpisah. Insya-Allah.

Proyek Akhir Tahun

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita simak foto-foto berikut…

Bagus ya, fasilitas umum ditingkatkan dari waktu ke waktu. 2 foto yang di kiri atas, proyek saluran air di Jalan Nusantara dekat Perum Depok Utara. Saat saya foto belum keliatan papan proyeknya jadi saya belum tau total anggarannya berapa. Sedangkan 2 foto sisanya, proyek pejalan kaki di Jalan Raya Margonda, dekat kantor Walikota Depok. Nah, dari 4 foto di atas, bagaimana menurut Anda?

Tentu ada pro-kontra setiap kali ada proyek semacam ini. Coba kita daftar ya biar berimbang.
Pro: proyek sesuai kebutuhan masyarakat, proyek meningkatkan layanan kota, manfaat akan didapatkan setelah proyeknya selesai.
Kontra: proyek merusak keindahan kota, proyek cuma menghabiskan anggaran di akhir tahun, proyek tidak mengindahkan keselamatan dan kenyamanan warga.
Nah, itu beberapa contoh komentar yang pro dan kontra atas pelaksanaan suatu proyek. Tentu masih banyak lagi jika kita melihat, mendengar dan membaca informasi lainnya dari sumber-sumber yang bisa kita peroleh.

Sebagai warga Depok tentu saya tidak begitu saja terpengaruh dengan komentar-komentar baik yang pro maupun yang kontra. Mengapa? Karena komentar-komentar itu sedikit sekali mengubah keadaan, setidaknya menurut pengalaman saya. Berapa banyak sambutan positif warga atas suatu proyek yang berujung kekecewaan warga. Tidak sedikit pula kritik pedas yang tidak menjadi pelajaran buat proyek-proyek berikutnya. Lalu sebagai warga apa yang mesti kita lakukan? He he he, saya juga belum nemu solusinya. Tapi, beberapa waktu lalu saya diberikan informasi oleh seseorang yang saya juga lupa siapa kalo kita sebagai warga Jawa Barat bisa menanyakan dan bahkan melaporkan kepada pemda Jawa Barat tentang sesuatu hal terkait layanan dan pembangunan di lingkungan sekitar kita melalui aplikasi SP4N LAPOR!

Baiklah, mari kita coba berikan komentar yang konstruktif tidak menyanjung tapi juga tidak menjatuhkan. Harapannya ada pembelajaran sehingga baik kita sebagai warga, pemerintah, maupun pengusaha (pelaksana proyek) bisa mendapatkan lesson learned (istilah yang lagi ngehit). Misalnya seperti apa?

1. Informasi Proyek. Penting sekali bahwa masyarakat mendapatkan informasi terkait suatu proyek baik sebelum, saat maupun sesudah pelaksanaan. Mengapa? Karena proyek ini tentu memengaruhi aktifitas masyarakat di lokasi tempat proyek dilaksanakan. Kita tidak berbicara warga sekitar tempat proyek saja tetapi masyarakat umum. Karena yang terdampak tidak hanya warga sekitar saja tetapi sangat mungkin masyarakat lainnya juga. Sebagai contoh proyek saluran air di Jalan Nusantara, galian tanah untuk memberi tempat bagi blok-blok beton (baca: U-ditch) biasanya menghasilkan tumpukan tanah yang lalu ditempatkan begitu saja di samping galian sehingga menghalangi pejalan kaki atau bahkan pengguna kendaraan bermotor. Informasi sebelum dan saat proyek dilaksanakan menjadi penting sehingga warga sekitar dan masyarakat pengguna jalan bisa mengantisipasi kondisi yang muncul dari proyek tersebut. Contoh sederhananya, efek proyek di jalanan adalah meningkatnya kemacetan yang perlu dihindari oleh masyarakat yang hendak melalui jalanan tersebut. Berikut ini contoh informasi proyek untuk masyarakat.

2. Keselamatan Proyek. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang digembor-gemborkan setiap pelaksana proyek, bahkan ketika syarat K3 tidak dipenuhi pelaksana maka proyek tidak akan diberikan izin atau malah dibatalkan. Nah, K3 ini menurut saya belum tampak dilaksanakan oleh penyedia proyek-proyek sebagaimana 2 contoh di atas. Bagaimana tidak? Saya tidak melihat ada pembatas tegas antara lokus proyek dengan ruang aktivitas masyarakat. Kita bisa melihat para pejalan kaki melintasi sisi jalan karena trotoar dipenuhi yang sebenarnya itu sangat berbahaya buat mereka. Pejalan kaki bisa saja terpeleset oleh tanah galian dan yang lebih berbahaya terserempet atau tertabrak kendaraan bermotor yang juga melalui sisi jalan tersebut. Mestinya sepanjang jalan yang ada galian ditutup dengan papan penghalang sehingga tidak ada selain pekerja proyek yang bisa memasuki lokasi proyek itu mengingat risikonya. Selain itu dibuat pembatas antara jalur pejalan kaki dan kendaraan bermotor pada sisi jalan, untuk menjamin keselamatan pejalan kaki dan ketertiban pengguna kendaraan bermotor agar lebih berhati-hati. Berikut ini contoh pagar proyek dan pembatas jalur yang saya maksud.

3. Komitmen/Tanggung Jawab. Hal yang tentu menjadi harapan masyarakat adalah pelaksana proyek yang punya komitmen pada kepentingan umum dan bukannya keuntungan perusahaan semata. Mengapa komitmen menjadi penting? Kita melihat bahwa beberapa pekerjaan dilakukan tidak sesuai prosedur, sebagian lainnya tidak sesuai spesifikasi teknis, dan yang paling jamak seakan tidak diawasi oleh pihak berwenang. Sebagai contoh ketika tanah galian yang semestinya diangkut keluar dari trotoar dan sisi jalan tetapi seolah dibiarkan teronggok menggantikan fungsi penutup proyek. Sepintas itu jadi pembenaran, ketika tidak ada papan penghalang maka gundukan tanah menjadi pagar sementara. Padahal itu tidak memenuhi standar keselamatan apalagi kenyamanan/estetika. Juga sesudah proyek rampung maka bekas pekerjaan seperti galian atau tumpukan tanah kadang masih teronggok di lokasi proyek. Tidak jarang fasilitas yang tadinya dalam kondisi baik sebelum proyek malah menjadi rusak setelah pelaksanaan proyek tersebut. Sebagai contoh, pemasangan u-ditch pada saluran air sepanjang jalan yang sudah diaspal/dicor dan dilengkapi trotoar, maka sesudah proyek posisi trotoar menjadi berubah/tidak rapi dan sebagian aspal/cor jalanan berlubang atau kotor oleh sisa-sisa semen. Masyarakat tentu akan mengapresiasi pelaksana proyek yang dengan penuh kesadaran memenuhi tanggung jawabnya untuk mengembalikan kondisi lokasi proyek yang semula sudah baik menjadi tetap baik. Berikut ini contoh kerusakan akibat proyek tidak bertanggung jawab.

Nah, itu sedikit pemikiran saya terkait proyek-proyek kejar tayang. Memang akhir tahun itu menggiurkan bagi para pencari untung, bukan hal yang haram tetapi tentu jika tetap memerhatikan aturan yang berlaku dan kepentingan masyarakat luas. Semoga menjadi tambahan wawasan dan pembelajaran bagi kita semua.

Mungkin Anda punya cerita sendiri terkait proyek akhir tahun? Silakan tulis link cerita Anda di kolom komentar ya. Terima kasih.

Kisah Seorang Dosen (Bag. 1)

Alkisah, tersebutlah saya di sebuah PT K/L (bukan singkatan PT Kaki Lima) di daerah Jawa Barat…

Bukan mimpi pingin jadi dosen di kampus tempat saya belajar dan lulus sebagai , A.Md. (bukan saingan Intel) tapi memang takdir yang sudah digariskan Illahi semenjak di masa ruh entah sampe kapan. Saya back to campus di 2015, dan mungkin by accident. Kenapa gitu? Ya itu, karena jadi dosen bukan impian saya. Ya sebenarnya masuk kampus ini juga bukan impian saya, tetiba aja muncul di realita dan harus ditanggapi dengan dewasa (meskipun saat itu saya masih kanak-kanak secara pemikiran). Toh walaupun bukan impian ini tetap jadi kenyataan.

April 2015 jadilah saya mendapatkan sebutan dosen, dan menjalaninya dengan niatan baru: belajar. Nah lho, koq belajar… bukannya jadi dosen itu mestinya ngajar? Ya ya ya, karena semenjak masuk kampus ini prinsip hidup saya (dan mungkin 22 orang teman saya lainnya) berubah total menjadi learning by doing. Kalo frasanya dibalik maka didapatkan, doing is learning… makanya jadi dosen (ngajar dll itu) adalah belajar buat saya. Saya trauma setiap kali membaca dan mengingat proses saya menulis Tesis (di kampus ternama di pinggiran ibukota) sedemikian hingga saya pingin memperbaikinya dengan belajar jadi mahasiswa beneran itu gimana.

Ternyata niat belajar saya mesti diperkuat dengan takdir saya kehilangan belahan jiwa (yang ada ceritanya di Blog ini), menjadi asisten pelayan dosen di akhir 2015 dan mendapatkan pengobat jiwa (belum ada ceritanya di Blog ini) di awal 2016 hingga sekarang. Akhir tahun kedua pandemi Covid-19 (supaya bisa dijadikan tagline) adalah tahun kelima saya menjadi kepala pelayan dosen. Banyak cerita, berdarah-darah malah, tapi ibarat sebuah kisah heroik ini baru awal kisah karena inti cerita, tokoh utama sebagai dosen, belum muncul. So, sementara saya masih harus bersabar untuk melanjutkan kisah ini supaya bisa lanjut ke Kisah Seorang Dosen (Bag. 2)

Nah, ada kurun waktu di 2015 itu sebelum saya jadi asisten pelayan dosen di saat saya benar-benar full-time dosen. Sayangnya saya masih dosen muda, ehm… umur saya waktu itu masih kepala 3. Jadi saya masih naif, menghabiskan waktu di luar kelas bukan untuk belajar jadi dosen tapi malah menghibur diri dengan nonton TV kabel (kebetulan Jurusan masih sewa TV kabel) atau bermain dart sama Kajur/staf Jurusan lainnya (waduh… mestinya ini off the record ya).

Kalo saya resapi, boleh jadi waktu-waktu tidak efektif itulah yang menyebabkan saya ditegur Illahi. Woi, jangan enak-enakan di comfort zone, sudah gak ngurusin anggaran dan program eh malah gak belajar jadi dosen beneran…! (kira-kira seperti itu tegurannya). Tapi saya dapat pembelajaran yang disiplin dari dosen senior saya a.k.a Kajur (satu dari 22 orang yang saya singgung di atas) dengan mengikuti PEKERTI dan beberapa kegiatan peningkatan kompetensi lainnya (ada abdimas dan pelatihan). Saya juga dilibatkan sebagai instruktur kokurikuler (dengan materi Tesis saya) sekaligus pengolah bahan laporannya.

Sebenarnya saya belum puas dengan proses pembentukan saya sebagai dosen. Saya baru menyadari sekarang kalo jadi dosen yang beneran itu akan lebih banyak kegiatan yang kudu dikerjakan ketimbang waktu yang dimiliki. Dosen punya kewajiban, sebut saja Tridharma PT (pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat) dan untuk melaksanakan itu butuh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pembimbingan. Untuk pendidikan dan pengajaran, saya banyak belajar dan dibimbing oleh Kajur. Untuk pengabdian kepada masyarakat, saya diberikan kesempatan Kajur dan difasilitasi PPM. Nah, yang sulit, untuk penelitian saya belum pernah diawasi dan diajarin siapapun. Dan ini motivasi yang jadi PR saya sampe sekarang,

Walhasil saya belum bisa jadi dosen yang mampu meneliti meskipun sudah 5 tahun menjadi pelayan dosen. Ya sebenarnya di 2 kewajiban lainnya juga belum bener juga sih… jadi malu. Itulah pembuka Kisah Seorang Dosen, semoga berlanjut.

Berhenti Sejenak | Sebuah Renungan

Departemen Rekruitmen dan Training PSDM One Day One Juz

ODOJ SPIRIT MESSAGE (OSM)

BERHENTI SEJENAK

Setiap diri kita ada saat dimana hati galau, capek, dan bahkan bosan dengan kondisi yang sama dan terus menerus dihadapi. Menjadikan jasad bahkan pikiran kita terkendalikan oleh rasa itu.

Berhenti sejenak untuk merenovasi hati adalah kemungkinan yang bisa kita lakukan. Dengan cara dan metode yang akan membuat kita bersemangat kembali.

Salah satu caranya adalah menyapa alam, berinteraksi dengan sekitar, berbagi cerita dan juga bertukar pengalaman dengan sahabat kita.

Cara yang lebih ampuh lagi adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah kita, menghadirkan hati kita dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Sehingga kita lebih merasakan keterlibatan Allah dalam kondisi apapun yang kita alami.

Berhenti untuk melanjutkan perjalanan dan pekerjaan bukan hanya berhenti untuk meninggalkan semuanya. Namun kita hanya butuh penyegaran untuk meningkatkan semangat kita kembali.

Dengan semangat yang baru, hati kita akan lebih termotivasi untuk bertahan di dalam kebaikan. Menjadikan hari- hari kita untuk lebih bermanfaat bagi orang lain.

Khotimah Harahap
Dept. Rekruitmen dan Training PSDM-

OSM-1781/3/2021 21 Maret 2021

Surat buat Ummi

Assalamu ‘alaiki, ya Ummu Fida.

Alhamdulillah kami sehat wa ‘afiat. Semoga juga Ummi, selalu dalam rahmat Allah. Sejak Juni lalu kami kumpul di rumah. Kakak Fida sudah hampir 2 tahun sekolah di pesantren, jadi paling bisa kumpulnya kalo pas lebaran dan tahun baru aja.

Oh ya, sekarang kami bertujuh lho. Sejak 17 Juli ada anggota keluarga baru, namanya Alfani. Kami biasa memanggilnya dek Fani. Suasana rumah jadi tambah ramai lho, Mi. Sebenarnya bukan karena dek Fani suka rewel, tapi karena sudah sejak Maret lalu anak-anak sekolah di rumah karena pandemi Covid-19. Syukurnya waktu lahiran dek Fani ada mbah putri yang menunggu anak-anak, abi jadi gak kalang kabut.

Mi, kangen gak sama anak-anak? Pasti lah ya, mosok abi pake nanya segala. Abi bahagia anak-anak sudah tumbuh jadi remaja, cuma kadang abi merasa haru kalo membayangkan saat-saat nanti kalian bertemu. Kira-kira Ummi masih inget mereka gak ya? Kakak Fida sekarang sudah lebih tinggi dari mamanya, sudah kelas 3 SMP sebentar lagi SMA. Waktu awal di pesantren badannya nyusut, pipinya tirus tapi jadi tambah cantik kalo kata eyang kakung. 3 bulan di rumah sudah balik lagi sih endutnya, sudah seperti sebelum masuk pesantren.

Mas Faqih sudah kelas 6 SD. Badannya mekar dan tinggi, makannya banyak dan tenaganya juga kuat. Selain suka menghafal Quran, Mas Faqih juga suka bahasa Arab lho. Sepertinya Mas Faqih bakal kiliah di Timur Tengah nih, Mi. Kalo mas Faisal sekarang sudah SD, kelas 1 sih tapi sudah mulai berani. Mas Faisal orangnya kalem, penyayang dan perhatian banget. Mas Faisal selalu bilang masih inget Ummi lho, padahal sudah sejak 2 tahun gak ketemu kan.

Abi cuma bisa bersyukur, Mi. Abi diberikan Allah kesempatan ketemu penerusnya Ummi, yang sayang banget sama anak-anak. Abi sendiri takjub, bagaimana bisa anak-anak sudah menganggap mamanya seperti ibu mereka sendiri. Malah kadang abi merasa, bahkan dek Fat lebih sayang pada anak-anak ketimbang abi sendiri. Abi masih bisa jengkel sama anak-anak, kadang marah-marah. Tapi dek Fat orangnya sabar banget, mungkin karena dia dekat sama Al Quran. Anak-anak meski kadang bandel, juga lebih nurut sama mamanya sekarang. Abinya kalah…

Ummi, hampir setiap bulan abi mengajak anak-anak dan mamanya menjenguk pusara Ummi. Mereka selalu abi ingatkan kalo dulu ada ibu yang menyanyangi dan mengasuh mereka sejak dalam kandungan. Abi selalu bilang, jadilah anak yang sholih karena hanya dengan begitu kalian bisa ketemu lagi sama Ummi. Karena Ummi kan istri dan ibu yang sholihah, tentu kami hanya bisa kumpul lagi jika kami juga sholih. Semoga kelak kita akan dipersatukan lagi, sebagai keluarga besar. Inget gak dulu waktu awal kita menikah, Ummi sempat nanya abi mo punya anak berapa? Waktu itu abi bilang di tengah-tengah antara jumlah anak dari keluarga abi dan Ummi saja. Keluarga abi anaknya 3, keluarga Ummi anaknya 7. Sekarang anak abi ada 5, pas kan.

Kapan-kapan abi ceritain deh tentang kak Fia, anak perempuan abi yang jagoan. Kalo ketemu dia Ummi pasti gregetan deh, antara rambut kritingnya yang gemesin sama tingkah polahnya yang gak kalah sama mas-masnya yang cowok. Insya’Allah abi akan cerita panjang lebar, semoga Ummi gak bosen ya.

Salam dari kami semua buat Ummi di sana, semoga selalu diterangi rahmat Allah dan ditemani amal-amal baik Ummi ya biar gak kesepian. Aamiin.

Sampai ketemu di surga-Nya. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Abi, dek Fat dan anak-anak

Bintang Kebaikan

Di ultah perkawinan kami, istri membuat program baru untuk anak-anak: Bintang Kebaikan. Apa itu? Simak tulisan berikut.

Study from Home

Kita sama memahami, untuk mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 maka pemerintah mengimbau seluruh masyarakat untuk #stayathome selama masa tanggap darurat Covid-19. Salah satu imbasnya adalah program sekolah di rumah #studyfromhome #SfH yang berjalan hampir 3 pekan terakhir.

Awalnya tentu anak-anak merasa senang ketika tidak harus bersekolah tapi lambat laun mereka merasa bosan berhari-hari tinggal di rumah saja. Kali ini mereka juga tidak boleh bermain di luar seperti saat liburan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri buat ortu. Salah satu kendala utama #StudyfromHome adalah ketika anak-anak tidak punya ritme yang teratur dalam aktivitasnya sehingga banyak sekali kegiatan tidak positif yang mereka kerjakan. Main hape mungkin satu yang paling banyak dikeluhkan netizen di status WA mereka, yang lain berkisar nonton TV, berantakin mainan, dan lain-lain. Nah, bagaimana kami mengatasinya?

Bintang Kebaikan

Ini dia, program besutan istri di ultah ke-4 perkawinan kami. Entah dari mana idenya, pagi-pagi habis Subuh istri menyampaikan program ini ke anak-anak dan langsung mendapat sambutan positif. Mantap istriku 👍👍

Seperti apa programnya? Tunggu ya, kami mo sholat Dzuhur berjama’ah dulu…

To be continued…

Berlibur di Kebumen #2

Episode berlibur bersama keluarga kami berlanjut. Setelah puas berlibur di Magelang, ceritanya di sini, kami menghabiskan masa liburan di Kebumen.

Perjalanan Magelang-Kebumen

Sudah lama sejak terakhir kami jalan bareng bapak ibu saya, mungkin sudah hampir 3 tahun yang lalu. Waktu itu sama, kami diantar ke Kebumen saat liburan sekolah. Selalu mengasyikkan perjalanan jauh bersama ortu, ada cerita di sana-sini. Saya jadi teringat beberapa kali perjalanan jauh kami di masa lampau. Yang paling berkesan, saat kami dan ortu-ortu kami berlibur di pantai Depok, Jogjakarta. Waktu itu kami makan seafood di pinggir pantai sambil menikmati suasana pantai nelayan yang ramai. Anak-anak bermain air meskipun tidak sampai berenang karena pantai Laut Selatan memang tidak cocok untuk berenang.

Pengalaman 3 tahun lalu memang agak unik, saat itu kami melalui jalan alternatif Purworejo. Ketika melalui pertigaan Krakal-Purworejo, kami lupa dan memilih jalan yang keliru sehingga kami tersesat dengan jalur yang sedikit melambung. Setelah bertanya sana-sini akhirnya kami bisa kembali ke jalur utama. Perjalanan yang mestinya ditempuh dalam 2,5 jam molor jadi 3 jam. Meski begitu anak-anak masih nyaman karena waktu itu cuaca cukup bersahabat. Sampai di rumah mertua saya, sudah disambut dengan hidangan lengkap.

Seperti perjalanan kali ini, meskipun kami tidak sampai tersesat lagi. Alhamdulillah, kembali merasakan nikmatnya Sate Ambal. Sate ayam khas Kebumen dengan bumbu spesial Ambal. Senang bisa ngobrol-ngobrol kami, ortu dan mertua. Sungguh nikmat yang tiada terkira, patut disyukuri dan dijaga lestari.

Berlibur di Kebumen

Setelah kunjungan ke Kebumen sebelumnya kami habiskan untuk menikmati suasana pantai Setrojenar, keramaian pusat kota Alun-alun dan ketenangan ruhani Masjid Agung Kebumen, maka liburan kali ini kami ingin mengunjungi destinasi yang lain. Memang tujuan utama kami ke Kebumen adalah menghadiri acara pernikahan saudara sepupu istri saya Nurrohim, tapi kami sempatkan bisa piknik tipis-tipis agar anak-anak mendapatkan pengalaman berkesan.

Hal yang saya senangi ketika berada di Kebumen, khususnya di Bocor, Buluspesatren, adalah karena kami sedikit terbebas dari jajahan gadget. Ketika sinyal di rumah mertua tidak semudah di Depok atau di Magelang, maka di Kebumen adalah momen anak-anak lebih banyak aktifitas luar yang sangat menyehatkan. Mereka bermain bola di halaman yang luas, keliling kampung dengan sepeda, bermain burung dara di rumah kaki buyut mereka atau melihat kaki-nini-pakdhe mengolah sawahnya.

Agenda utama, menghadiri pernikahan saudara menjadi misi awal kami. Sempat bingung apakah ikut ke lokasi bersama rombongan dari rumah bibi Okah akhirnya kami putuskan naik Grab tetangga. Acaranya pagi, masalahnya saya lupa bawa batik dan kaus kaki. Padahal kan hampir mustahil di hari pertama tahun baru toko baju buka pagi-pagi. Bismillah, jam 7.45 berangkat dari rumah ke daerah Karangsari. Mampir pasar Kebumen, alhamdulillah ada toko baju baru banget buka di lantai 2 langsung aja beli dan pakai di tempat. Batik khas Pekalongan 100 ribu, plus kaus kaki hitam 10 ribu.

Setelah ijab qabul kelar, kami melipir deh. Naik mobil sewaan ke destinasi wisata utama liburan ini Taman Wisata Jembangan, di daerah Alian. Di perjalanan, saya ngobrol banyak dengan drivernya mas Catur tentang objek wisata di Kebumen termasuk Jembangan ini. Katanya di musim liburan banyak wisatawan lokal yang mengunjunginya, seperti hari yang lalu dia juga mengantar penumpang ke Jembangan. HTM di Jembangan cuma 40 ribu/orang, parkir mobilny10 ribu kalau tidak salah. Sewa mobil pp Kebumen ke sana max 200 ribu.

Di area yang memanjang di tepi danau buatan itu terdapat beberapa lokal wahana rekreasi: yang pertama arena bermain anak, yang kedua perahu naga, dan ketiga mini zoo.Di arena bermain ada banyak media bermain anak, mulai dari ayunan, prosotan, kereta monorel, hingga kolam renang mini. Perahu naga, mengelilingi waduk dan melihat keindahannya dari atas perahu. Sedangkan di mini zoo ada beberapa satwa dalam kandang-kandang kecil.

Kami memutuskan untuk naik perahu naga saja karena arena bermain sudah biasa kami kunjungi, dan naik perahu punya sensasi yang lebih dibanding yang lain. Jika kami ingin naik perahu naga, sepertinya tidak ada di Depok atau Jakarta. Setau saya ada di danau Taman Margasatwa Ragunan, dan bentuknya perahu karet bukan perahu naga. Dan terbukti anak-anak menyukai naik perahu naga, meskipun biayanya lumayan dan antrenya panjang. Umtungnya waktu naik perahu itu cuaca masih cerah, karena beberapa saat sesudah kami turun hujan lebat melanda daerah wisata itu.

Karena cuaca tidak kondusif untuk melanjutkan wisata di sana akhirnya kami putuskan kembali ke kota Kebumen. Sepanjang perjalanan pulang, anak-anak tidur pulas karena kenyang bakso dan kecapekan. Hari berikutnya kami berlibur ke Pantai Setrojenar seperti liburan-liburan sebelumnya. Tamat

Berlibur di Kebumen #1

Momen akhir tahun ini berbalut liburan semester, jadi pas buat kami mudik sekeluarga. Meskipun mode ransel alias backpacker, liburan bareng keluarga tidak boleh tidak mengesankan bukan?

Berangkat dari Depok

Kami memilih moda transportasi bis karena kami akan menuju Magelang terlebih dahulu, angkutan umum yang paling pas menuju kota ini menurut saya. Pesawat mesti lewat Semarang, Solo atau Jogja. Kereta pun demikian, atau lewat Kutoarjo. Kecuali nanti ada kereta rel listrik Jogja-Semarang, mungkin kami akan memilih moda transportasi ini.

Menjelang Natal dan tahun baru harga tiket bis hampir seperti harga tuslag lebaran. Kami berenam duduk di 5 kursi berdekatan, membayar total 1 juta Rupiah. Berbeda dengan hari-hari normal di mana bis pilihan kami biasanya memberikan snack dan makan malam, kali ini kami tidak dapat apa-apa. Artinya selain harga tiket plus, kami juga harus membayar konsumsi plus. Jadilah biaya perjalanan dari Depok kali ini plus-plus.

Bis berangkat jam 5-an sore, kami diminta kumpul di agen jam 15.30. Kami naik Grab Car 1-6 seats sebagai moda taksi pilihan karena itu saja aplikasi yang saya miliki saat ini. Alhamdulillah sampai agen tepat waktu meskipun cuaca saat itu hujan. Perjalanan di bis lancar, sampai di rumah ortu saya di Magelang jam 4.30 pagi, persis sesudah Subuh.

Sempat salah instruksi dari agen untuk masuk ke shutter bus, untung belum jalan. Juga sempat tersendat naik bis karena saya lupa nomor kursi dan belum kasih instruksi ke anak-anak padahal bawaan kami banyak. Tidak sempat sholat di rest area karena ribet makan dan ke toilet. Sepanjang jalan sesudahnya saya mesti memangku Fia yang tertidur pulas, selain tetangga kursi yang bolak-balik nyender karena tertidur.

Overall, perjalanan dari Depok kali ini sukses dan lancar.

Berlibur di Magelang

Selalu menarik menikmati liburan di kota kecil ini. Saya tidak pernah bosan meskipun hanya berkeliling dari ujung ke ujung atau sekedar nongkrong di masjid agung. Tapi saat bersama keluarga maka tidak pernah cukup waktu yang saya punya setiap kali berlibur di Magelang.

Ke Magelang berarti bertemu dengan ortu dan saudara. Bapak ibu memang sudah sepuh, tapi beliau-beliau selalu saja punya aktifitas yang dikerjakan. Ketika kami di sini, maka ortu saya selalu memprioritaskan kami dan aktifitas kami selama di sini. Misal, motor untuk mobilitas. Motor selalu ready ketika kami akan pergi entah kr mana. Makanan selalu tersedia dan biasanya makanan favorit kami seperti sop senerek, soto, bakso, mi goreng jawa, gudeg, dan kluban/pecel.

Silaturrahim dengan ortu, entah sekedar ngobrol atau jajan bareng di tempat favorit seperti SS pasti menjadi agenda utama kami saat di Magelang. Juga mengunjungi saudara, seperti sepupu yang punya usaha Mie Ayam dan Es Pleret. Atau paman/bibi yang berjualan klontong. Menikmati waktu bersama mereka sambil mengingat masa-masa di mana saya dulu pernah sangat dekat dengan mereka. Kondisi saat ini sudah berubah, dulu kami anak-anak dan kini kami sudah punya banyak anak.

Agenda lain di Magelang adalah mencari destinasi wisata lokal dan tentu kuliner. Kali ini kami memilih Taman Air Kalibening sebagai tujuan piknik kami di Magelang. Sekarang kondisinya jauh lebih baik dari saat terakhir kami ke situ, meskipun bagian kolam dewasanya belum tersentuh renovasi. Anak-anak puas bermain air, prosotan, bermain air terjun buatan dan belajar mengapung bersama saya. HTM cuma 20 ribu, jadi kami berenam cukup 100 ribu Rupiah. Karena di sini tidak ada kantin, kami dibekali snack dan sarapan oleh ortu saya. Dari rumah ortu ke sana pakai Grab Car lagi, praktis dan ekonomis.

Kami sempatkan mampir ke rumah mbah putrinya anak-anak, ibu mertua saya di Secang. Menikmati masakan beliau, bercengkrama dengan saudara ipar dan keponakan, juga tidur siang… zzzzz. Menjelang pulang kembali ke rumah ortu, saya dan Fida sempat beli bibit pohon buah untuk dibawa ke sekolahnya. Masih sempat ketemu kakak ipar yang baru sampai dari Bekasi dan dianter adik dengan mobilnya ke Magelang. Anak-anak selalu dapat rezeki lebih ketika bertemu paman dan bibi mereka, alhamdulillah.

Agenda utama kami sebenarnya mengantar Fida kembali ke sekolah di SMPIT Ihsanul Fikri, Pabelan, Mungkid. Momen mengharukan sih, tapi buat dia ini tentu sangat berarti ketika kami sekeluarga mengantar dan memberikan do’a terbaik kami untuknya. Ya Allah, lindungi dan rahmatilah putri kami ini. Aamiin.

Malamnya anak-anak mengajak saya ke Artos, satu-satunya mall di kota Magelang. Menghabiskan uang dan waktu untuk keceriaan mereka. Masa kecil jangan sampai mereka tidak merasakan kesenangan menjadi anak-anak, bermain sepuasnya di taman bermain. Tempat yang mereka pilih Timezone, alih-alih Alun-alun karena khawatir turun hujan. Seperti halnya saat saya kecil, di setiap akhir pekan maka bila punya sisa uang jajan maka saya menuju 2 tempat ding-dong di Magelang: Taman Parkir (depan RSU Tidar) atau Gardena (dekat Alun-alun).

Bersambung di sini

Kesempatan Kedua

Assalamu ‘alaika ya ummu Salma… Assalamu ‘alaika ya ummu Hafizh… Assalamu ‘alaika ya ummu Kholid.

Semoga Allah mengampunimu… Semoga Allah merahmatimu… Semoga Allah mengasihimu dan Semoga Allah memaafkanmu.

Wahai kekasihku, duhai belahan jiwaku… hari ini aku ke sini untuk menyampaikan maksud baik kami. Aku tau betapa kau mencintai anak-anak kita, aku tau betapa besar asa yang kautitipkan padaku terhadap mereka. Aku sudah memikirkannya, aku sudah membicarakannya dengan ibu dan aku sudah membicarakannya dengan anak-anak. Maka ijinkan aku untuk meminang gadis ini…

Suasana begitu hening, tiada kicauan burung atau hembusan angin. Hanya sinar mentari pagi yang hangat menyapu mereka berdua, saat Rama menyampaikan maksudnya kepada sang istri. Dua titik air mata muncul di pelupuk mata Rama, bibirnya pun bergetar sesudah mengucapkan kalimat itu. Memorinya dengan cepat kembali ke masa 12 tahun lalu, ke 3 tahun kemudian, ke 3 tahun kemudian, ke 4 tahun kemudian dan akhirnya di 2 tahun terakhir saat-saat kebersamaan mereka. Sambil menghapus titik air matanya, Rama melanjutkan kalimatnya.

Aku harus melanjutkan hidupku dan anak-anak, mewujudkan cita-cita kita berdua. Mendidik dan membesarkan buah hati kita dengan cinta, ilmu dan iman. Dan karenanya aku ingin menikah lagi…

Hati Rama semakin bergemuruh, terbayang bagaimana perasaan istri yang sangat disayanginya jika mendengarkan kalimat itu. Air mata menetes tak terbendung lagi, Rama tergugu di pusara istrinya.

Ya Allah semoga kau tempatkan Nabila di surga-Mu. Dan kelak kau pertemukan kami di sana, sebagai keluarga besar dalam rahmat-Mu. Aamiin…

Assalamu ‘alaika ya ummu Salma… Assalamu ‘alaika ya ummu Hafizh… Assalamu ‘alaika ya ummu Kholid… Ana uhibbukki fillah.

Rama melangkahkan kakinya meninggalkan makam Nabila, niatnya hanya satu mendapatkan kesempatan kedua.