H22 Ramadhan | I’tikaf di Kantor

M3.2-I4.2-T13-2.S2-D4-2.Z4.2-A4-T

image
Jama'ah i'tikaf mengikuti kajian

Ini tahun kedua masjid kantor saya mengadakan kegiatan i’tikaf jama’i. Meski hanya 3 malam saja tapi ternyata peminatnya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Di tahun pertamanya i’tikaf diikuti hingga belasan jama’ah, sedangkan tahun ini pesertanya hingga dua puluhan. Subhanallah …

Sebenarnya i’tikaf memang bukan kegiatan unggulan masjid kantor saya. Beberapa kegiatan yang sudah biasa dijalankan setiap Ramadhan menjadi andalan seperti kajian Dzuhur dan syiar Nuzulul Qur-an. Tapi i’tikaf adalah sunnah Rasulullah SAW. dan merupakan amal utama di akhir Ramadhan. Karenanya perlahan tapi pasti masjid mulai mengenalkannya pada karyawan muslim sebagai jama’ahnya. Bisa dibilang ini menjadi pembelajaran baik untuk jama’ah sekaligus juga buat panitia Ramadhan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam i’tikaf ini meliputi:
1. Buka puasa bersama
2. Sholat Maghrib, Isya’ dan tarawih berjama’ah
3. Kajian Islam tematik
4. Sholat tahajjud berjama’ah (qiyamullail)
5. Sahur bersama
6. Sholat Subuh berjama’ah
Kalo dibandingkan dengan kegiatan i’tikaf di masjid-masjid lain yang sudah terbiasa mengadakannya memang belum seberapa, ada beberapa kegiatan yang dilewatkan. Tapi inilah pembelajaran, mengingat jama’ahnya 100% masih bekerja dan tidak ada yang full-timer beri’tikaf, jadi kekurangannya akan dilengkapi beberapa tahun ke depan.

Bila dicermati masyarakat kita belum semua paham tentang i’tikaf ini sehingga banyak yang ingin meningkatkan ibadah di akhir Ramadhan tapi tidak beri’tikaf di masjid-masjid. Bahkan ada sebagian mubaligh yang memberikan opini bahwa i’tikaf bisa dilakukan di rumah dan itu lebih utama dari masjid. Karenanya perlu dilakukan syiar secara bertahap untuk membentuk pemahaman di masyarakat tentang keutamaan dan tata cara (kaifiat) i’tikaf. Itulah kira-kira yang sedang dikerjakan oleh rekan-rekan panitia Super Ramadhan di kantor saya. Barokallahu fikum!

Saya melihat pesertanya cukup antusias meski masih didominasi anak-anak muda. Semoga tahun-tahun ke depan makin banyak karyawan muslim yang ikut serta dalam kegiatan ini sehingga masjid kantor saya bisa jadi pilihan di sepuluh malam terakhir Ramadhan seperti masjid At Tin, Istiqlal, Al Azhar, dan masjid-masjid jami’ lainnya. Aamiin …

Bagaimana dengan Anda, sudahkan Anda beri’tikaf di akhir Ramadhan?

H21 Ramadhan | Saatnya Geber Ibadah

M3.2-I4.2-T11-2.S2-D4-2.Z4.2-A4-T

image

Malam ini sudah malam ke-22 Ramadhan, atau berarti tinggal menyisakan 7-8 hari Ramadhan. Sudahkah kita mencapai target amaliyah harian? Kalo sudah, bagus. Kalo belum? Masih ada waktu untuk kita mengejarnya. Saatnya geber ibadah di sisa Ramadhan ini, sekaligus kita berburu Lailatul Qadr.

Ibadah yang dicontohkan Rasulullah SAW. di fase akhir Ramadhan adalah i’tikaf atau berdiam diri di masjid. Sebenarnya tidak tepat dibilang berdiam diri, karena i’tikaf adalah amaliyah mendekatkan diri pada Illahi (taqarrub illallah) sehingga tentu bukan cuma diam melainkan memperbanyak dzikir (ingat) kepada Allah SWT. Aktifitasnya meliputi sholat, tilawah (membaca) Al Qur-an, wirid, atau ibadah yang lain.

Fase akhir Ramadhan memang krusial. Begitu banyak godaan datang menyambut lebaran. Mulai dari pasar dan swalayan yang mulai all-sales hingga tuntutan mudik yang sudah menjadi tradisi. Suasana ibadah pun menjadi hambar, ketika tarawih mulai ditinggalkan jama’ah dan tadarus sepi peminat. Entah sejak kapan hal ini jamak di masyarakat, atau mungkin hanya terjadi di sini.

Sayang sekali, jika benar hal ini juga terjadi pada kita. Mengapa? Karena di fase akhir Ramadhan inilah kesempatan ummat Muhammad SAW. mengejar level ibadah ummat-ummat nabi terdahulu. Ummat terdahulu hidup ratusan tahun, ibadahnya juga tidak tanggung-tanggung. Bandingkan dengan ummat ini yang hidup tak lebih dari 100 tahun, ibadahnya juga tak lebih dari 1 jam/hari.

Lailatul qadr adalah wildcard. Kartu bonus untuk ummat ini bersaing kualitas ibadah dengan ummat terdahulu. Nilai ibadah di lailatul qadr lebih baik dari 1000 bulan, atau lebih dari 83 tahun. Saat ummat ini meraih lailatul qadr, maka nilai ibadahnya berlipat ganda menyaingi nilai ibadah ummat terdahulu. Maka, apakah kita tidak tertarik dengan fasilitas Allah ini?

H20 Ramadhan | Mulai Hari Ini “Ummi-Abi” … End

M3.2-I4.2-T8-2.S2-2.Z4.2-A4-T

Perjalanan sepekan ini betul-betul membawa hikmah buat saya pribadi. Betapa tidak? Perjalanan ini mempertemukan saya dengan pribadi-pribadi yang memberi saya nilai bukan hanya materi.

Adalah “Dani”, teman baru saya yang memfasilitasi hampir kebutuhan saya selama di Brasilia. Beliau pernah satu kampus dengan saya meski kami berbeda jenjang pendidikan dan tentu beliau lebih senior ketimbang saya dari sisi usia. Hampir 2 tahun bekerja di Brazil dan sekarang bisa menjamu saya dari datang hingga saya pulang. Rasa persaudaraannya begitu besar hingga bahkan saya yang baru dikenalnya beberapa pekan saja dan itu pun hanya melalui e-mail diperlakukan begitu baik seperti adiknya sendiri. Betul-betul saya menemukan sosok abang yang belum pernah saya temui sebelumnya. Semoga kita tetap bersaudara meski jarak dan waktu memisahkan, Pak …

Wanita penyayang itu “Endah”, istri Pak Dani. Tipikal istri yang taat pada suami, sikap hormat beliau patut diacungi jempol. Meski keluwesannya bisa saja membuat laki-laki salah persepsi atas kebaikannya tapi untuk saya beliau adalah kakak yang baik. Kami baru bertemu di sana saat saya sampe di bandara, tapi ketika saya pulang saya merasa saya adalah adik laki-lakinya yang paling beruntung. Selama di Brasilia, saya selalu sahur dengan masakannya yang nikmat dan hampir selalu berbuka juga dengan masakannya. Meski 2 kali saya terkena tuah “cabe Brazil” dari masakannya tapi overall buat saya tidak ada masakan Indonesia yang menyaingi kenikmatannya di seantero Brasilia. Ciyus … saya akan selalu merindukan masakannya dan sikapnya yang begitu baik pada saya. Bu, aku padamu …

Terakhir, meski sebenarnya masih ada beberapa sosok yang juga mengena tapi mungkin akan saya ceritakan di lain waktu, sebut saja “Ummi”, rekan seperjalanan saya. Beliau adalah senior saya, dan sekarang rekan kerja. Hampir setahun kami by accident dipanggil “Ummi” dan “Abi” di ruangan. Meski panggilan itu memang sudah melekat sebelumnya pada kami masing-masing tapi terbatas di lingkungan rumah saja, untuk membahasakan panggilan buat anak-anak kami masing-masing. Ya, saya adalah “Abi” di rumah saya dan ia adalah “Ummi” di rumahnya. Rumah kami tentu berbeda … is it clear? Perjalanan ini mesti di awal sempat dibumbui romantisme karbitan tapi akhirnya membuat saya sadar tidak ada “Ummi” selain istri saya. Titik.

H19 Ramadhan | Sahur di Doha, Ifthor di Depok

MI3.2-S2-ZA2.2-T

Akhirnya sampe juga saya di Doha, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 18 jam. Waktu lokal jam 23 lewat, atau jam 3 dini hari WIB. Setelah sholat jama’ Maghrib dan Isya’, saya pun beristirahat di Lounge yang tersedia.

image
Menu sahur a la Doha

Lewat jam 00 atau jam 4 WIB, saya putuskan untuk makan sahur di Lounge. Meski saya masih bingung menghitung waktu tepatnya Imsak dan Subuh di atas pesawat nanti tapi saya pikir kalo pun saat ini saya mulai puasa, berarti tidak akan beda jauh dengan jika saya sahur di Jakarta. Toh berbukanya tetap saat Maghrib di Depok nanti toh, jadi tak masalah jika pun nanti di pesawat saya masih makan-minum hingga waktu fajar tiba.

Jam 1 lewat saya naik ke pesawat yang akan membawa saya kembali ke tanah air. Perkiraan waktu tempuhnya kurang dari 11 jam atau tiba di SHA kira-kira jam 4 kurang. Di perjalanan saya sempatkan sholat Subuh dengan melihat warna langit yang mulai terang terkena matahari. Saat pesawat sudah mulai menyusuri pantai Sumatera waktu lokal sudah lewat dari jam 13, saya putuskan untuk sholat jama’ Zuhur dan Asar dengan pertimbangan saat sampe sana tentu ada waktu yang diburu-buru sehingga khawatir tidak keburu sholat di rumah.

image
Juanda yang (selalu) macet

Jam 16 kurang pesawat mendarat di SHA, pengurusan imigrasi dan bagasi memakan waktu kurang lebih 30 menit. Karena dijemput keluarga rekan seperjalanan saya sampe di Cibubur sebelum 17.30 atau masih ada waktu setengah jam menuju rumah sebelum Maghrib. Naik taksi dengan akses tol menuju Depok membuat perjalan begitu cepat, sayangnya kemacetan menunggu di Juanda arah masuk Margonda. Saya pun mulai ragu akan sampe rumah sebelum Maghrib. Benar saja, persis saat azan berkumandang saya baru sampe pertemuan Jl. Nusantara dan Jl. H. Asmawi sehingga saya putuskan untuk berhenti di masjid dekat rumah. Saya buka puasa dan sholat Maghrib di situ. Subhanallah … hari puasa saya menempuh jarak lebih dari 6 ribu kilometer. Sahur di Doha, ifthor di Depok.

H15 Ramadhan | Ya Allah Lindungilah Hamba …

MI3.2-T11-S2-ZA2.2-T

Sudah hampir 5 hari saya meninggalkan istri dan anak-anak untuk urusan pekerjaan. Komunikasi pun agak tersendat karena rencana saya untuk memakai nomor lokal belum bisa direalisasikan. Fasilitas hotspot (WiFi) yang saya harapkan diberikan free oleh pihak penyelenggara juga tidak saya dapatkan. Sehingga satu hari lebih bahkan hampir 2 hari saya putus komunikasi dengan istri dan anak-anak. Ketika begini baru berasa betapa nilai komunikasi begitu besar. Huff

Meski begitu ada kesempatan di awal-awal kegiatan untuk sekedar chatting dengan istri dan anak-anak memanfaatkan kelengahan penyelenggara. Dan akhirnya bisa telpon dengan nomor lokal pinjaman meski hanya setengah menit dan anak-anak sudah tidur. Hal yang cukup menyejukkan di tengah kering dan gersangnya hati akibat jauh dari orang-orang yang disayangi.

Saya bersyukur karena untuk urusan makan, minum, akomodasi bahkan transportasi sudah ditanggung oleh teman-teman di sini. Namun, sebagai laki-laki normal saya tentu mempunyai kebutuhan yang sama dengan manusia lain yang belum terpenuhi yaitu cinta. Cinta yang tidak hanya sekedar diekspresikan dengan teks dan lisan tetapi juga dengan sikap dan tingkah laku. Sesuatu yang sulit saya dapati saat jauh dari keluarga. Hiks

Dan dijadikan indah di mata laki-laki, perempuan (istri) dan anak-anak. Ketika mereka berjauhan maka akan ada perempuan lain yang menjadi indah di matanya meski ia sadar ini adalah fitnah. Ya, fitnah yang boleh jadi lebih kejam dari pembunuhan. Entah memang didorong nafsu atau bujukan setan, yang mestinya ia tidak kuat karena sedang diikat, maka persepsi keindahan atas perempuan selain istri bisa menjadi sangat dominan. Terlebih ketika perempuan itu bersikap terbuka dan tidak memberi batasan yang tegas. Jadilah kesempatan muncul dalam kesempitan, maka hanya iman sajalah yang akan memberi warning atas setiap perilaku berlebihan. Dan hanya Allah semata Yang bisa memberi keselamatan.

Ketika iman menurun hingga titik nadzir, Rasul berpesan untuk mengikuti sunnahnya. Ini tentu bukan tanpa sebab dan tujuan. Ketika iman menipis maka batasan yang haq dan yang bathil menjadi kabur. Ibarat domba yang makan rumput di pinggir jurang, ketika tidak hati-hati maka ia akan jatuh hanya karena menginginkan tanaman merambat yang tumbuh di dinding jurang. Domba itu tau bahaya berada di tepi jurang, maka hanya kebodohan saja yang mendorong ia mengejar makanan yang bukan haknya. Naudzubillahi min dzalik …

Ya Allah … Ya Rabbi
Engkau MahaTau dan MahaMelihat
Engkau mengetahui isi hati ini
Dan Engkau melihat perbuatan hamba-Mu

Ya Allah … Ya Rahman
Engkau berikan kasih-Mu
Bahkan kepada hamba-Mu yang ingkar
Jangan biarkan hamba ini
Menjadi kufur atas segala nikmat-Mu

Ya Allah … Ya Rahim
Begitu besar rasa sayang-Mu
Pada hamba yang pasrah pada-Mu
Meski hamba penuh dengan dosa

Ya Allah … Ya Ghofur
Ampunanmu seluas langit dan bumi
Meski dosa hamba-Mu memenuhi gunung dan lautan
Maka ampunilah hamba ini

Ya Allah … Lindungilah Hamba

H14 Ramadhan | Shafar Abroad di Ramadhan (Lagi)

MI3.2-T9-S2-D2-ZA2.2-T

Untuk kesekian kalinya, saya berjalan jauh di bulan Ramadhan. Meski ada keringanan untuk tidak berpuasa bagi yang sedang shafar, tapi rasanya tidak afdhol kalo sudah sampe tujuan dan bisa sahur trus tidak puasa. Inilah lokasi tujuan saya kali ini: http://maps.google.com/maps?saddr=royal+tulip+brasilia+alvorada&daddr=embaixada+indonesia&hl=en&sll=-15.815956,-47.878075&sspn=0.014431,0.022724&geocode=FUIMD_8dLDAm_SGOVMIpmrJUNykXnM6BiDxakzGOVMIpmrJUNw%3BFTGpDv8ddVQl_SFzj97RbnlY7in1thfl1DpakzFzj97RbnlY7g&mra=ls&t=m&z=14. Ini perjalanan terjauh yang pernah saya tempuh, perjalanan pp. mencapai 2 hari 2 malam dengan pesawat. Luar biasa…

H13 Ramadhan | Puasa di Brasilia

MI3.2-T2-S2-ZA2.2-T

image
Bandara Internasional Brasilia

Akhirnya sampai juga di kota Brasilia setelah menempuh perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Meski saya akui pelayanan maskapai ini untuk penumpang business class sangat memuaskan tapi waktu tempuh yang begitu lama tetap membuat saya lumayan capek. Untungnya saya tidak perlu lagi bingung mencari taksi dan hotel untuk menginap karena teman yang sudah 2 tahun tinggal di Brasilia menjemput saya di bandara. Ia lalu membawa saya ke Restaurante Bali untuk menikmati teh hangat (cha), sup bakwan, gado-gado, dan burung dara goreng. Setelah kenyang barulah kami pulang ke apartemennya untuk istirahat. Alhamdulillah … sebelum tidur saya sholat Maghrib-Isya’.

Paginya saya bangun jam 4.30 untuk makan sahur. Nyonya rumah sudah sibuk menyiapkan makanan sahur sedangkan sang suami tahajjud. Saya sendiri langsung berwudhu lalu bersiap untuk makan sahur. Waktu Imsak di Brasilia hari ke-13 Ramadhan adalah jam 5.25. Selepas sahur saya dan kenalan baru yang juga tinggal di rumah teman saya ini sholat Subuh berjama’ah lalu kami ngobrol tentang banyak. Tak terasa hari semakin siang sehingga kami mesti bersiap-siap untuk memulai aktifitas. Bismillah …

image
Ipe, pohon khas Brasilia

Cuaca hari ini agak panas, dan memang beberapa hari terakhir suhu udara di Brasilia mulai naik. Ini tentu kondisi yang baik karena sebelumnya suhu begitu dingin tapi sekaligus juga kurang menguntungkan terutama untuk kami yang sedang menjalani puasa Ramadhan. Meski begitu saya yang baru pertama kali berpuasa di Brasilia merasa cukup nyaman dan tidak terlalu berat. Malahan karena saya menghabiskan hari dengan banyak aktifitas, maka waktu terasa begitu cepat berlalu. Subhanallah

Yang baru, wajar untuk orang lokal, tapi mesti saya hadapi dengan kesabaran adalah bahwa orang-orang di sekitar saya lebih banyak  (mayoritas) tidak puasa dan bahkan para wanitanya berpakaian tidak (kurang-red) menutup aurat. Kata teman saya di sini mesti banyak istighfar, saya paham tapi memang agak repot jika mereka adalah orang-orang yang dekat dengan kita (tetangga, rekan kerja, dll) terlebih karena mereka tidak merasa risih saat auratnya dilihat oleh yang bukan mahram. Astaghfirullah

image
Sholat di KBRI

Di sini buka puasa jam 17.58 atau berarti puasa 12,5 jam, kurang lebih pendekan dari di Jakarta yang puasa lebih dari 13 jam. Suasana puasa di sini juga jauh dari Indonesia, tidak ada (minim-red) yang tarawih berjama’ah atau sholat fardhu berjama’ah seperti umumnya di Indonesia. Di sini juga tidak ada siaran teve khusus menyambut Ramadhan, malahan jam 20 malam menunya sudah film-film dewasa. Masya’Allah … inilah ujian puasa di negeri sepakbola. Semoga puasa saya selama di sini tetap terjaga, aamiin.

H9 Ramadhan | Bukber yang (Tidak) Berkah

M3.2-I4.2-T23-2.S2-D4-Z4.2-A4-T5

Ramadhan selain full ibadah juga jadi ajang untuk mempererat tali silaturrahim. Salah satu acara wajib Ramadhan setiap tahun adalah buka puasa bersama (bukber). Komunitas yang sering mengadakan bukber adalah keluarga besar, arisan lingkungan, rekan kerja, rekan kuliah, atau juga jama’ah pengajian.

Bukber tentu banyak memberi manfaat karena selain semakin mendekatkan kita dengan orang-orang yang kita kenal baik juga memberi kesempatan setiap muslim untuk mendapatkan pahala puasa yang berlipat. Mengapa begitu? Memberi makan berbuka untuk orang berpuasa akan mendapatkan pahala puasa orang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang itu.

Inilah yang disebut keberkahan. Coba kita berhitung secara matematis. Misal ada 10 orang berpuasa yang mengadakan bukber. Masing-masing mereka membawa makanan untuk berbuka. Anggap saja yang mereka bawa adalah setara makanan berbuka untuk satu orang maka tidak ada kelebihan makanan untuk mereka bersepuluh.

Nah, sekarang kita hitung pahalanya. Anggap saja semua yang hadir berpuasa dengan nilai pahala yang merata, maka masing-masing akan mendapatkan satu pahala. Jika mereka memberikan makanan berbuka yang merata pada 9 orang lainnya maka ia akan mendapat 9 pahala tambahan. Berarti ia dan 9 orang lainnya mendapatkan 1+9 pahala puasa ketika 10 orang puasa berbuka bersama. Inilah berkah! Dari 1-1 menjadi 10-100.

Sayangnya beberapa orang memilih cara berbuka puasa yang berlebihan. Sebagai contoh berbuka bersama di restoran all you can eat. Nah, memang simulasi di atas tetap akan didapat tapi tentu bukan 10-100 ya karena makan di tempat itu boleh jadi indeks perorangnya sampai 10 kali lipat indeks makan di warteg. Jadi 100-100 atau ya cost benefit-nya imbang dengan buka puasa sendiri 1-1.

Belum lagi sholatnya susah, karena jarang, kalo tidak bisa dibilang tidak, ada resto di mal-mal yang menyediakan tempat khusus untuk sholat. Jadi mesti berebut atau antre di musholla mal yang tentu tidak akan menampung jumlah jama’ah dadakan di bulan suci ini, kecuali mal-mal tertentu ya. Akibat kualitas sholat menurun. Sebagian malah “memilih” untuk tidak sholat atau menjama’ sholatnya, yang tentu tidak akan mendapatkan pahala malah mendatangkan dosa. Buka puasa model ini tentu tidak berkah. Bagaimana menurut Anda?

image